COVER

TULISAN

FAFIRRU ILALLOH WA ROSULIHI SAW (LARILAH KEMBALI KEPADA ALLOH SWT DAN ROSULULLOH SAW!!!

AD-ART ORGANISASI




FAFIRRUU ILALLOOH
LARILAH KEMBALI KEPADA ALLOH




ANGGARAN DASAR
&
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH
MASA KHIDMAH 2011-2016














DEWAN PIMPINAN PUSAT
PENYIAR  SHOLAWAT  WAHIDIYAH
Sekretariat :  Pesantren “At-Tahdzib”  (P.A) Rejoagung – Ngoro
JOMBANG 61473 - JAWA TIMUR
Telp. (0354) 326720 Fax. (0354) 327599

 


DAFTAR ISI

                                                                                                              Halaman
ANGGARAN DASAR PSW
MUQODDIMAH.......................................................................................       3
Bab I      Pengertian Umum .....................................................................       4 
Bab II     Nama, Waktu, Tempat Kedudukan,
             Wilayah Kerja dan Lambang .......................................................       7
Bab III    Bentuk dan Sifat........................................................................       8
Bab IV    Asas dan Tujuan .......................................................................       8
Bab V     Tugas Pokok dan Fungsi.............................................................      8
Bab VI    Struktur Organisasi....................................................................       8
Bab VII   Pengamal dan Penyiar Wahidiyah ...............................................       9
Bab VIII  Hubungan Dengan Organisasi Lain ..............................................       9
Bab IX    Musyawarah dan Rapat..............................................................       10
Bab X     Keuangan.................................................................................       10
Bab XI    Pembubaran..............................................................................       10
Bab X     Lain-Lain dan Penutup................................................................       10

ANGGARAN RUMAH TANGGA PSW
Bab I     Susunan Pengurus......................................................................       12
Bab II     Majelis Tahkim PSW...................................................................       12
Bab III    Dewan Pimpinan Pusat PSW.......................................................       13
Bab IV    Dewan Pimpinan Wilayah PSW ...................................................       16
Bab V     Dewan Pimpinan Cabang PSW ....................................................       18
Bab VI    Pengurus PSW Kecamatan ..........................................................       20
Bab VII   Pengurus PSW Desa/Kelurahan ...................................................       21
Bab VIII  Pelantikan ...............................................................................       22
Bab IX    Musyawarah Dan Rapat .............................................................       22
Bab X     Hak Bicara, Hak Memilih Dan Hak Dipilih......................................       29
Bab XI    Korum Dan Pengambilan Keputusan ............................................       29
Bab XII   Mujahadah ...............................................................................       30
Bab XIII  Lain-Lain dan Penutup...............................................................       31



ANGGARAN DASAR
PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH

MUQODDIMAH




 
Bahwa kejernihan hati, ketenangan batin dan ketenteraman jiwa adalah suatu kondisi yang mutlak diperlukan oleh setiap manusia untuk membina, menjamin hidup dan kehidupan yang bahagia dan sejahtera lahir batin, jasmani dan rohani di dunia dan akhirat. Maka oleh karena itu upaya untuk memperoleh kejernihan hati, ketenangan batin dan ketenteraman jiwa harus diusahakan oleh setiap manusia, disamping usaha untuk muncukupi keperluan hidup jasmani dan rohani.
Bahwa kemampuan spiritual dalam bentuk berdoa memohon kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala Tuhan Yang Maha Kuasa, adalah anugerah Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang harus disyukuri. Dan oleh karena itu pendayagunaannya harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, seimbang dengan kegiatan lahiriyah manusia di dalam memperjuangkan kehidupannya. Di samping berusaha harus berdoa, di samping berdoa harus berusaha.
Bahwa Sholawat Wahidiyah, suatu amalan doa Sholawat Nabi Shollalloohu 'alaihi wasallam, alhamdulillah, bifadlillah wa rohmatih, dikarunia berbagai manfaat dan faedah, antara lain dan terutama berfaedah menjernihkan hati, membuahkan ketenangan batin dan ketenteraman jiwa, serta peningkatan daya ingat/sadar/ma’rifat kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala Tuhan Yang Maha Esa dan Rosul-Nya Shollallohu ‘alaihi wasallam, disamping manfaat lainnya, lahiriyah batiniyah, duniawi dan ukhrowi.
Bahwa terpanggil oleh rasa kemanusiaan sebagai perwujudan dari sikap “rohmatan lil ‘alamiin” dan “kaaffatan lin naasi” dan melaksanakan amanat bimbingan Muallif Sholawat Wahidiyah Hadlrotul Mukarrom Romo Kyai Haji Abdoel Madjid Ma’roef Rodliyallohu ‘anhu, Sholawat Wahidiyah dan Ajarannya perlu disiarkan dan disebarluaskan untuk diamalkan oleh masyarakat umat manusia seluruh dunia tanpa membeda-bedakan suku, bangsa, keturunan, agama dan kepercayaan, jenis kelamin, umur, dan tingkat kedudukan sosial. Tanpa pandang bulu.
Bahwa menyadari akan segala kemajemukan, ragam situasi dan kondisi di dalam masyarakat, maka penyiaran Sholawat Wahidiyah harus diatur dan dilaksanakan sedemikian bijaksana sehingga tercapai apa yang menjadi tujuannya, yaitu “FAFIRRUU ILALLOOH” (=Larilah kembali kepada Alloh).
Menyadari akan tuntutan rasa tanggung jawab sebagai manusia anak cucu Nabi Adam Alaihis salam, kholifah Alloh di bumi, maka dengan menerapkan Ajaran Wahidiyah dan bimbingan Muallif Sholawat Wahidiyah, dengan prinsip kerja “al musyawaroh wal istikhoroh, at ta’awwun wat tawakkul”, organisasi Penyiar Sholawat Wahidiyah yang dibentuk oleh Muallif Sholawat Wahidiyah Rodliyallohu ‘anhu,  pada awal tahun 1964 sebagai organisasi kerja lembaga khidmah yang ditugasi mengatur kebijaksanaan, memimpin pelaksanaan, dan bertanggung jawab mengenai pengamalan, penyiaran, pembinaan dan pendidikan Wahidiyah, menggunakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga seperti di bawah ini, yang merupakan penyesuaian dari Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat Nomor 05/SW-XXIV/A/SK/87 tanggal 1 Agustus 1987, dengan tanda tangan restu Muallif Sholawat Wahidiyah.

                                                                                                                 BAB I              
PENGERTIAN UMUM
                                                                                                                Pasal 1           
(1)   SHOLAWAT WAHIDIYAH
a.     Sholawat Wahidiyah adalah rangkaian doa Sholawat Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam sebagaimana tertulis di dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah, termasuk cara dan adab pengamalannya.
b.    Sholawat Wahidiyah, alhamdulillah oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dikaruniai berbagai manfaat dan faedah, antara lain dan terutama berfaedah menjernihkan hati, membuahkan ketenangan batin dan ketenteraman jiwa, serta peningkatan daya ingat/sadar/ma’rifat kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala Tuhan Yang Maha Esa  dan Rosul-Nya Shollallohu ‘alaihi wasallam.
c.     Sholawat Wahidiyah mempunyai kandungan berupa suatu sistem yang disebut “AJARAN WAHIDIYAH”.
d.    Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah mulai disiarkan pada tahun 1963 dan telah diijazahkan secara mutlak oleh Muallif Rodliyallohu ‘anhu, untuk diamalkan dan disiarkan kepada masyarakat luas tanpa pandang bulu dengan ikhlas tanpa pamrih dan dengan bijaksana.
(2)   AJARAN WAHIDIYAH
a.     Yang dimaksud dengan Ajaran Wahidiyah adalah bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah berpedoman kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam menjalankan tuntunan Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam meliputi bidang Islam, bidang Iman dan bidang Ihsan, mencakup segi syariat, segi haqiqot/ma’rifat dan segi akhlak.
b.     AJARAN WAHIDIYAH dirumuskan seperti yang tertera dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah, sebagai berikut:
·        LILLAH
Segala amal perbutan apa saja, baik yang berhubungan langsung kepada Alloh dan Rosul-Nya Shollallohu ‘alaihi wasallam, maupun yang berhubungan dengan masyarakat, dengan sesama makhluq pada umumnya, baik yang bersifat wajib, sunnah atau yang mubah (wenang), asal bukan perbuatan yang merugikan/bukan perbuatan yang tidak diridloi Alloh, melaksanakannya supaya disertai niat dan tujuan untuk mengabdikan diri kepada Alloh Tuhan Yang Maha Eesa dengan ikhlas tanpa pamrih! LILLAHI TA’ALA! “LAA ILAAHA ILLALLOOH” (Tiada tempat mengabdi selain kepada Alloh), “WAMAA KHOLAQTUL JINNA WAL INSA ILLA LIYA’BUDUUNI” (Dan tiadalah AKU menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-KU) (Qs. Adz Dzaariyaat, 56)
·        BILLAH
Menyadari dan merasa senantiasa kapanpun dan di manapun berada, bahwa segala sesuatu termasuk gerak-gerik dirinya lahir batin, adalah ALLOH TUHAN MAHA PENCIPTA yang menciptakan dan menitahkan-Nya. Jangan sekali-kali merasa, lebih-lebih mengaku bahwa diri kita ini memiliki kekuatan atau kemampuan. “LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAH” (Tiada daya dan kekuatan melainkan atas kehendak ALLOH (BILLAH).
·        LIRROSUL
Di samping berniat mengabdikan diri (beribadah) kepada Alloh seperti di atas, dalam segala tindakan dan perbuatan apa saja, asal bukan perbuatan yang tidak diridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan, supaya disertai niat mengikuti jejak tuntunan Rosuululloh, Shollallohu ‘alaihi wasallam, “YAA AYYUHAL LADZIINA AAMANUU ATHI’ULLOOHA WA ATHI’UR ROSUULA WALAA TUBHTHILUU A’MAALAKUM”. (Hai orang-orang yang beriman (BILLAH), taatlah kepada Alloh (LILLAH) dan taatlah kepada Rosul (LIRROSUL), dan janganlah kamu merusak amal-amalmu). (Qs. Muhammad, 33).
·        BIRROSUL
Di samping sadar BILLAH seperti di atas, supaya juga menyadari dan merasa bahwa segala sesuatu termasuk gerak-gerik dirinya lahir batin (yang diridloi oleh Alloh) adalah sebab jasa Rosuululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam, “WAMAA ARSALNAAKA ILLA ROHMATAL LIL’AALAMIIN”. (Dan tidadalah AKU mengutus Engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam). (Qs. Al-Anbiyaa, 107).
Penerapan LILLAH BILLAH, dan LIRROSUL BIRROSUL seperti di atas, adalah merupakan realisasi dalam praktek hati dari dua kalimat syahadat “ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLOOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLOOH” Shollalloohu ‘alaihi wasallam.
·        YUKTI KULLA DZII HAQQIN HAQQOH
Mengisi dan memenuhi segala kewajiban, melaksanakan kewajiban di segala bidang tanpa menuntut hak. Baik kewajiban-kewajiban terhadap Alloh Subhanahu Wa Ta’ala Wa Rosulihi Shollallohu ‘alaihi wasallam, maupun kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan masyarakat di segala bidang dan terhadap makhluq pada umumnya.
·        TAQDIIMUL-AHAM FAL-AHAM TSUMMAL-ANFA’ FAL-ANFA’
Di dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut supaya mendahulukan yang lebih penting (AHAMMU). Jika sama-sama pentingnya, supaya dipilih yang lebih besar manfaatnya (ANFA’U). Hal-hal yang berhubungan kepada Alloh wa Rosulihi Shollallohu ‘alaihi wasallam, terutama yang wajib, pada umumnya harus dipandang “AHAMMU” (lebih penting). Dan hal-hal yang manfa’atnya dirasakan juga oleh orang lain atau umat dan masyarakat pada umumnya harus dipandang “ANFA’U” (lebih bermanfa’at).
(3)   MUALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH
Muallif Sholawat Wahidiyah, selanjutnya disebut Muallif yang berarti penyusun, adalah Al Mukarrom Romo Kyai Haji Abdoel Madjid Ma’roef Rodliyallohu ‘anhu, Pengasuh Pondok Pesantren Kedunglo, Desa Bandar Lor, Kecamatan Mojoroto, Kotamadya Kediri, Propinsi Jawa Timur, Indonesia.
(4)   MUJAHADAH WAHIDIYAH atau lazim disebut MUJAHADAH adalah pengamalan Sholawat Wahidiyah atau bagian dari padanya menurut cara/kaifiyah yang ditentukan oleh Muallif Rodliyallohu ‘anhu, sebagai penghormatan kepada Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam dan sekaligus sebagai doa permohonan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala Tuhan Yang Maha Esa, bagi diri pribadi dan keluarga, bagi bangsa dan negara, bagi umat jamii’al ‘alamiin, bahkan bagi makhluk ciptaan Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
(5)   PENGAMALAN WAHIDIYAH
Yang dimaksud dengan Pengamalan Wahidiyah adalah melakukan mujahadah (bermujahadah) seperti dimaksud ayat (4) serta menerapkan Ajaran Wahidiyah seperti dimaksud ayat (2) pasal ini, di dalam kehidupan sehari-hari. 
(6)   PENYIARAN WAHIDIYAH
a.    Penyiaran Wahidiyah adalah penyampaian Sholawat Wahidiyah atau bagian dari padanya dan atau penyampaian Ajaran Wahidiyah atau bagian dari padanya kepada orang lain agar supaya diamalkan, dengan disertai keterangan/penjelasan seperlunya.
b.    Penyiaran Wahidiyah dilakukan menurut prinsip “tidak pandang bulu” dan “ikhlas tanpa pamrih”, dengan bijaksana, serta didukung dengan mujahadah.
(7)   PEMBINAAN WAHIDIYAH
Pembinaan Wahidiyah adalah upaya untuk memelihara dan meningkatkan pengamalan dan penyiaran Wahidiyah seperti dimaksud ayat (5) dan ayat (6) Pasal ini.
(8)   PENDIDIKAN WAHIDIYAH
Pendidikan Wahidiyah adalah pendidikan ke-Wahidiyahan yang disalurkan baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
(9)   PERJUANGAN WAHIDIYAH
a.      Perjuangan Wahidiyah disebut juga Perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi Shollallohu ‘alaihi wasallam adalah upaya lahiriyah dan batiniyah untuk memperoleh kejernihan hati, ketenangan batin dan ketenteraman jiwa menuju sadar atau ma’rifat kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala wa Rosulihi Shollallohu ‘alaihi wasallam dengan mengamalkan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah sesuai dengan bimbingan Muallif Rodliyallohu ‘anhu.

b.      Perjuangan Wahidiyah mempunyai tujuan terwujudnya keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir batin, materiil dan spirituil di dunia dan di akhirat bagi masyarakat umat manusia seluruh dunia dengan mengusahakan:
b.1.     Agar supaya umat masyarakat jami’al ‘alamin, terutama diri sendiri dan keluarga, kembali taat dan sadar kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala Tuhan Yang Maha Esa dan Rosul-Nya Shollallohu ‘alaihi wasallam.
b.2.     Agar supaya akhlak-akhlak yang tidak baik dan merugikan terutama akhlak diri sendiri dan keluarga segera diganti oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan akhlak yang baik dan menguntungkan.
b.3.     Agar tercipta kehidupan dunia dalam suasana aman, damai, saling menghormati, dan saling membantu sesama umat manusia segala bangsa.
b.4.     Agar dilimpahkan barokah kepada bangsa dan negara serta segenap makhluk ciptaan Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

                                                                                                               BAB II             
NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN,
WILAYAH KERJA DAN LAMBANG
                                                                                                                Pasal 2           
Nama
Organisasi ini bernama PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH  disingkat PSW.

 

                                                                                                                Pasal 3           
waktu
Penyiar Sholawat Wahidiyah didirikan oleh Romo KH Abdoel Madjid Ma’roef Rodliyallohu ‘anhu, Muallif Sholawat Wahidiyah pada awal tahun 1964, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

                                                                                                                Pasal 4           
Tempat Kedudukan
Penyiar Sholawat Wahidiyah Tingkat Pusat berkedudukan di wilayah Jawa Timur.

                                                                                                                Pasal 5           
Wilayah Kerja
Penyiar Sholawat Wahidiyah dapat didirikan di seluruh wilayah Republik Indonesia dan di luar negeri.

                                                                                                                Pasal 6           
Lambang
Lambang Penyiar Sholawat Wahidiyah adalah tulisan huruf Arab diambil dari Ayat Al-Qur’an berbunyi: FAFIRRUU ILALLOOH berwarna putih di atas dasar warna hitam berbentuk bulat telur dikelilingi delapan garis lengkung.
                                                                                                              BAB III            
BENTUK DAN SIFAT
                                                                                                                Pasal 7           
Penyiar Sholawat Wahidiyah berbentuk organisasi kerja kemasyarakatan keagamaan, bersifat independen.

                                                                                                               BAB IV            
ASAS DAN TUJUAN
                                                                                                                Pasal 8           
Asas
Penyiar Sholawat Wahidiyah berasaskan Pancasila.

                                                                                                                Pasal 9           
Tujuan
Tujuan dibentuknya Penyiar Sholawat Wahidiyah adalah tercapainya tujuan Perjuangan Wahidiyah seperti dimaksud pada pasal 1 Ayat (9) huruf b Anggaran Dasar ini.

                                                                                                                BAB V              
TUGAS  POKOK DAN FUNGSI
                                                                                                              Pasal 10         
Tugas Pokok
Tugas pokok Penyiar Sholawat Wahidiyah adalah mengatur dalam arti menentukan kebijaksanaan dan memimpin pelaksanaan serta bertanggung jawab atas jalannya Perjuangan Wahidiyah, meliputi bidang pengamalan, penyiaran, pembinaan dan pendidikan Wahidiyah, serta bidang kegiatan lain yang menjadi sarana penunjang pelaksanaan tugas pokok, sesuai dengan bimbingan Muallif Sholawat Wahidiyah.

                                                                                                              Pasal 11         
Fungsi
Penyiar Sholawat Wahidiyah berfungsi sebagai lembaga khidmah (pengabdian) dalam Perjuangan Wahidiyah. 

                                                                                                               BAB VI            
STRUKTUR ORGANISASI
                                                                                                              Pasal 12         
(1)     Struktur organisasi PSW terdiri dari:
a.     PSW Pusat
b.    PSW Wilayah
c.     PSW Cabang/Cabang Khusus
d.    PSW Kecamatan
e.     PSW Desa/Kelurahan.

(2)     PSW Wilayah, Cabang/Cabang Khusus, Kecamatan dan Desa/Kelurahan merupakan wakil PSW Pusat di wilayah kerjanya.
(3)     Susunan Pengurus PSW, cara pembentukan, peranan, fungsi, tugas dan tanggung jawabnya diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga.

                                                                                                              BAB VII           
PENGAMAL DAN PENYIAR WAHIDIYAH
                                                                                                              Pasal 13         
Pengamal Wahidiyah
(1)   Siapa saja yang mengamalkan Sholawat Wahidiyah disebut Pengamal Sholawat Wahidiyah atau Pengamal Wahidiyah atau Pengamal.
(2)   Pengamal Wahidiyah ikut serta di dalam Perjuangan Wahidiyah mengikuti dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan dan Ketentuan PSW yang berlaku.
(3)   Pengamal Wahidiyah seperti dimaksud ayat (2) Pasal ini, berhak memperoleh pembinaan dari PSW sesuai dengan bimbingan Muallif Rodliyallohu ‘anhu.
(4)   Setiap Pengamal Wahidiyah tetap memiliki hak kebebasan individu sebagai insan sosial, anggota masyarakat di dalam menentukan aspirasinya di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan harkat hidup masing-masing.

                                                                                                              Pasal 14         
Penyiar Wahidiyah
(1)   Siapa saja yang menyiarkan Sholawat Wahidiyah disebut Penyiar Sholawat Wahidiyah atau Penyiar Wahidiyah atau Penyiar.
(2)   Penyiar Wahidiyah ikut serta di dalam Perjuangan Wahidiyah mengikuti dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta Peraturan dan Ketentuan PSW yang berlaku.
(3)   Penyiar Wahidiyah seperti dimaksud Ayat (2) Pasal ini, berhak memperoleh pembinaan dari PSW.

                                                                                                            BAB VIII          
HUBUNGAN DENGAN ORGANISASI LAIN
                                                                                                              Pasal 15         
(1)   Organisasi Penyiar Sholawat Wahidiyah tidak beraffiliasi kepada salah satu organisasi apapun.
(2)   Organisasi Penyiar Sholawat Wahidiyah mengusahakan terjalinnya hubungan yang baik dan harmonis dengan organisasi atau lembaga lain, dengan dijiwai saling mengerti dan saling menghormati.


                                                                                                               BAB IX            
MUSYAWARAH DAN RAPAT
                                                                                                              Pasal 16         
(1)   Musyawarah organisasi PSW disebut Musyawarah Wahidiyah, terdiri dari:
a.     Musyawarah Kubro (Muskub) Wahidiyah
b.    Musyawarah Kubro Luar Biasa (Muskublub) Wahidiyah
c.     Musyawarah Wilayah (Muswil) Wahidiyah
d.    Musyawarah Cabang (Muscab) Wahidiyah
e.     Musyawarah Kecamatan (Muscam) Wahidiyah
f.      Musyawarah Desa (Musdes)/Musyawarah Kelurahan (Muskel) Wahidiyah.
(2)   Rapat-rapat organisasi PSW disebut Rapat Kerja, terdiri dari:
a.     Rapat Kerja PSW Pusat
b.    Rapat Kerja PSW Wilayah
c.     Rapat Kerja PSW Cabang
d.    Rapat Kerja PSW Kecamatan
e.     Rapat Kerja PSW Desa/Kelurahan.
(3)   Ketentuan, wewenang dan peserta Musyawarah Wahidiyah dan Rapat Kerja diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga.

                                                                                                                BAB X              
K E U A N G A N
                                                                                                              Pasal 17         
Keuangan organisasi PSW diperoleh dari:
a.     Infaq dari Pengamal
b.    Sumbangan lain yang tidak mengikat
c.     Usaha-usaha yang sah dan halal.

                                                                                                               BAB XI            
PEMBUBARAN
                                                                                                              Pasal 18         
(1)     Penyiar Sholawat Wahidiyah berkeyakinan bahwa Perjuangan Fafirru Ilalloh wa Rosuulihi Shollalloohu 'Alaihi wasallam akan lestari sampai akhir zaman. Namun apabila Alloh Subhanahu wa Ta’ala menghendaki lain dan PSW harus dibubarkan, maka pembubarannya dilakukan oleh Musyawarah Kubro Wahidiyah yang diadakan khusus untuk itu, dan memperoleh persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) suara yang hadir.
(2)     Apabila PSW bubar, maka harta kekayaannya dipergunakan bagi kemaslahatan umum yang ditentukan oleh Musyawarah Kubro yang membubarkan.

                                                                                                              BAB XII           
LAIN-LAIN DAN PENUTUP
                                                                                                              Pasal 19         
Perubahan Anggaran Dasar ini hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Kubro Wahidiyah atau Musyawarah Kubro Luar Biasa Wahidiyah dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) peserta yang hadir.

                                                                                                              Pasal 20         
Hal-hal yang tidak atau belum cukup diatur di dalam Anggaran  Dasar ini, diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga.

                                                                                                              Pasal 21         
Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang sudah ada tetap berlaku selama belum diadakan perubahan/penyesuaian, dan sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.

                                                                                                              Pasal 22         
Anggaran Dasar Penyiar Sholawat Wahidiyah ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. 

DI TETAPKAN DI   :  JOMBANG

PADA TANGGAL              :  19 Maret 2011


PIMPINAN MUSYAWARAH KUBRO WAHIDIYAH VI-2011

FAFIRRUU ILALLOOH
LARILAH KEMBALI KEPADA ALLOH




ANGGARAN RUMAH TANGGA
PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH
MASA KHIDMAH 2011-2016

















DEWAN PIMPINAN PUSAT
PENYIAR  SHOLAWAT  WAHIDIYAH
Sekretariat :  Pesantren “At-Tahdzib”  (P.A) Rejoagung – Ngoro
JOMBANG 61473 - JAWA TIMUR
Telp. (0354) 326720 Fax. (0354) 327599

 


ANGGARAN RUMAH TANGGA
PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH

                                                                                                             BAB I          
SUSUNAN PENGURUS
                                                                                                           Pasal 1       
(1)     PSW Pusat:
a.     Majelis Tahkim Pusat
b.    Dewan Pimpinan Pusat.
(2)     PSW Wilayah:
a.     Majelis Tahkim Wilayah
b.    Dewan Pimpinan Wilayah.
(3)     PSW Cabang/Cabang Khusus:
a.     Majelis Tahkim Cabang
b.    Dewan Pimpinan Cabang.
(4)     PSW Kecamatan
Pengurus PSW Kecamatan.
(5)     PSW Desa/Kelurahan
Pengurus PSW Desa/Kelurahan.

                                                                                                            BAB II        
MAJELIS  TAHKIM  PSW
                                                                                                           Pasal 2       
Majelis Tahkim PSW terdiri dari Pengamal Wahidiyah yang berwibawa, mempunyai wawasan luas ke depan dan amat peduli terhadap kelestarian Perjuangan Wahidiyah.

                                                                                                           Pasal 3       
(1)     Hubungan antara Majelis Tahkim PSW dan Dewan Pimpinan PSW bersifat konsultatif dan koordinatif.
(2)     Hubungan antara Majelis Tahkim Pusat, Majelis Tahkim Wilayah dan Majelis Tahkim Cabang bersifat konsultatif.
                                                                                                           Pasal 4       
Susunan  Majelis Tahkim PSW
(1)     Majelis Tahkim Pusat PSW berjumlah minimal 7 (tujuh) orang, maksimal 17 (tujuh belas) orang, terdiri dari seorang Ketua merangkap Anggota, seorang Wakil Ketua merangkap Anggota, seorang Sekretaris merangkap Anggota dan selebihnya Anggota.
(2)     Majelis Tahkim Wilayah PSW berjumlah minimal 3 (tiga) orang, maksimal 7 (tujuh) orang, terdiri dari seorang Ketua merangkap Anggota, seorang Wakil Ketua merangkap Anggota, seorang Sekretaris merangkap Anggota dan selebihnya Anggota.
(3)     Majelis Tahkim Cabang PSW berjumlah minimal 3 (tiga) orang, maksimal 5 (lima) orang, terdiri dari seorang Ketua merangkap Anggota, Seorang Wakil Ketua merangkap Anggota, seorang Sekretaris merangkap Anggota dan selebihnya Anggota.
                                                                                                           Pasal 5       
Kewajiban, Hak, dan Tanggung Jawab Majelis Tahkim PSW.
(1)     Memberikan nasehat, saran, pertimbangan, petunjuk dan pengarahan kepada Dewan Pimpinan PSW jajarannya secara lisan atau tertulis diminta maupun tidak diminta.
(2)     Mengusulkan kepada Dewan Pimpinan PSW tingkat jajarannya untuk mengambil tindakan terhadap Anggota personil Majelis Tahkim PSW maupun personil Dewan Pimpinan PSW jajarannya yang dianggap menghambat kelancaran Perjuangan Wahidiyah.
(3)     Majelis Tahkim PSW bertanggungjawab kepada Musyawarah Wahidiyah jajarannya

                                                                                                              Pasal 6            
Pemilihan dan Masa Khidmah Majelis Tahkim PSW
(1)     Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan para Anggota Majelis Tahkim PSW dipilih dan ditetapkan oleh  Musyawarah Wahidiyah jajarannya.
(2)     Masa khidmah Majelis Tahkim PSW terhitung mulai dari Musyawarah Wahidiyah yang memilihnya sampai dengan Musyawarah Wahidiyah berikutnya.

                                                                                                           Pasal 7       
Pemberhentian dan Pengisian Lowongan Antar-waktu
(1)     Personil Majelis Tahkim PSW berhenti atau diberhentikan karena:
a.     Meninggal dunia.
b.    Atas permintaan sendiri secara tertulis.
c.     Sebab-sebab lain yang merugikan perjuangan Wahidiyah, yang diputuskan dalam Rakergab Majelis Tahkim PSW dan Dewan Pimpinan PSW jajarannya. Sebelum memutuskan, Rakergab memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk membela diri.
(2)     Lowongan personil Majelis Tahkim PSW diisi atas dasar keputusan Rakergab.
(3)     Pemberhentian dan atau pengisian lowongan personil Majelis Tahkim PSW ditetapkan dengan Surat Keputusan Dewan Pimpinan Pusat PSW, atas dasar keputusan Rakergab PSW jajarannya.

                                                                                                           BAB III       
DEWAN PIMPINAN PUSAT PSW
                                                                                                           Pasal 8       
(1)     Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSW terdiri dari:
a.     Unsur Pimpinan:
Seorang Ketua Umum, dan minimal 10 (sepuluh)  orang Ketua Bidang.
b.    Unsur Pembantu Pimpinan:
Seorang Sekretaris Umum, para Sekretaris, Seorang Bendahara Umum, para Bendahara, dan para Ketua Badan Wahidiyah Pusat.
c.     Unsur Pelaksana:
Sekretariat, Badan-Badan Wahidiyah Pusat dan Biro-biro.
(2)     Untuk menjamin efisiensi dan efektivitas, DPP PSW dibagi menjadi:
a.     Pengurus Harian terdiri dari:
Unsur Pimpinan, Sekretaris dan Bendahara.
b.    Pengurus Pleno terdiri dari:
Unsur Pimpinan dan unsur Pembantu Pimpinan.
c.     Pengurus Lengkap terdiri:
Pengurus Pleno dan unsur Pelaksana.
(3)     Badan–Badan Wahidiyah Pusat adalah:
a.     Badan Penyiaran Wahidiyah Pusat
b.    Badan Pembinaan Wahidiyah Pusat
c.     Badan Pembina Wanita Wahidiyah Pusat
d.    Badan Pembina Remaja Wahidiyah Pusat
e.     Badan Pembina Mahasiswa Wahidiyah Pusat
f.      Badan Pembina Kanak-Kanak Wahidiyah Pusat
g.    Badan Keuangan Wahidiyah Pusat
h.    Badan Usaha Wahidiyah Pusat
i.      Badan Pendidikan Wahidiyah Pusat
j.      Badan Diklat dan Kaderisasi Wahidiyah Pusat
k.     Badan Penelitian dan Pengembangan Wahidiyah Pusat
l.      Badan Informasi dan Komunikasi Wahidiyah Pusat
m.   Badan Hubungan Luar Negeri Wahidiyah Pusat
n.    Badan Penerbitan Wahidiyah Pusat
o.    Badan Perlengkapan Wahidiyah Pusat
a.     Badan-Badan lain dapat dibentuk menurut keperluan.
(4)     DPP PSW dapat membentuk Biro-Biro, menurut keperluan.
(5)     Susunan dan tatalaksana kerja Sekretariat, Badan-Badan Wahidiyah Pusat dan Biro-biro diatur dengan Surat Keputusan  DPP PSW.

                                                                                                           Pasal 9       
Perwakilan DPP PSW
(1)     DPP PSW membentuk Perwakilan DPP di Ibu kota Negara Republik Indonesia.
(2)     DPP PSW dapat membentuk Perwakilan DPP PSW di dalam dan di luar negeri menurut keperluan.
(3)     Susunan, tugas pokok, fungsi, dan tanggungjawab Perwakilan DPP PSW diatur dengan Surat  Keputusan DPP PSW.

                                                                                                          Pasal 10      
Kewajiban dan Wewenang
(1)     Ketua Umum dan para Ketua DPP PSW sebagai penanggungjawab Perjuangan Wahidiyah bekerja secara kolektif dan koordinatif.
(2)     Kewajiban DPP PSW adalah:
a.     Melaksanakan AD & ART, Program Umum PSW, dan Keputusan Musyawarah Kubro Wahidiyah atau Musyawarah Kubro Luar Biasa Wahidiyah.
b.    Memperhatikan nasehat, saran, petunjuk, pertimbangan dan pengarahan Majelis Tahkim Pusat PSW.
c.     Menyelenggarakan Musyawarah Kubro Wahidiyah atau Musyawarah Kubro Luar Biasa Wahidiyah dan menyampaikan laporan pertanggung jawaban.
(3)     Wewenang DPP PSW adalah:
a.     Menentukan kebijaksanaan organisasi.
b.    Membuat peraturan-peraturan PSW.
c.     Membentuk kepengurusan PSW baik di dalam maupun luar negeri.
d.    Mengesahkan kepengurusan PSW Wilayah dan PSW Cabang.
e.     Membekukan kepengurusan PSW di bawahnya.
f.      Mewakili organisasi di dalam dan di luar Pengadilan.

                                                                                                          Pasal 11      
Pengesahan dan Pembekuan
(1)     Kepengurusan PSW Wilayah dan PSW Cabang disahkan dengan Surat Keputusan DPP PSW.
(2)     Dalam pengesahan PSW Cabang perlu rekomendasi DPW PSW.
(3)     DPP PSW dapat membekukan kepengurusan PSW dibawahnya dengan:
a.     Melalui keputusan Rakergab. Dasar pembekuan harus adil baik ditinjau dari Ajaran Wahidiyah maupun secara organisatoris.
b.    Pembekuan dilakukan setelah diberi peringatan untuk mengadakan perbaikan dalam jangka waktu 40 hari.
(4)  a.     Kepengurusan PSW yang dibekukan dipegang oleh Pengurus PSW di atasnya dengan Surat Keputusan DPP PSW.
b.    Selambat-lambatnya tiga bulan setelah pembekuan harus sudah terbentuk kepengurusan baru.

                                                                                                          Pasal 12      
Kriteria Unsur Pimpinan DPP PSW
Unsur Pimpinan DPP PSW terdiri dari Pengamal Wahidiyah yang berwibawa, yang memiliki kompetensi, berwawasan luas ke depan dan amat peduli terhadap kelestarian Perjuangan Wahidiyah.
                                                                                                          Pasal 13      
Pemilihan dan Masa Khidmah
(1)     Ketua Umum, para Ketua, Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum DPP PSW dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Kubro Wahidiyah atau Musyawarah Kubro Luar Biasa Wahidiyah.
(2)     Para Sekretaris, para Bendahara dan para Ketua Badan-Badan Wahidiyah Pusat dipilih oleh Rakerpim dan ditetapkan dengan Surat Keputusan DPP PSW.
(3)     Masa khidmah Dewan Pimpinan Pusat PSW terhitung dari Muskub Wahidiyah atau Muskublub Wahidiyah yang memilihnya sampai dengan Muskub Wahidiyah atau Muskublub Wahidiyah berikutnya.  


                                                                                                          Pasal 14      
Pemberhentian dan Pengisian Lowongan Antar-waktu
(1)     Personil Pengurus DPP PSW berhenti atau diberhentikan karena:
a.      Meninggal dunia
b.      Atas  permintaan sendiri secara tertulis
c.      Sebab-sebab lain yang merugikan Perjuangan Wahidiyah.
(2)     Pemberhentian antar-waktu karena sebab-sebab lain:
a.      Unsur Pimpinan DPP PSW, atas dasar keputusan Rakergab. Sebelum memutuskan, Rakergab memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk membela diri.
b.      Unsur Pembantu Pimpinan DPP PSW, atas dasar keputusan Rakerpim. Sebelum memutuskan, Rakerpim memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk membela diri.
c.      para Anggota Badan, atas dasar usulan hasil keputusan rapat kerja Badan. Sebelum memutuskan, rapat kerja Badan memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk membela diri.
(3)     Pengisian lowongan antar-waktu:
a.     Unsur Pimpinan DPP PSW, diisi atas dasar keputusan Rakergab.
b.    Unsur Pembantu Pimpinan DPP PSW, diisi atas dasar keputusan Rakerpim.
c.     para anggota Badan, diisi atas usulan hasil keputusan rapat kerja Badan.
(4)     Pemberhentian dan pengisian lowongan ditetapkan dengan Surat Keputusan DPP PSW.
                                                                                                 
                                                                                                            BAB IV        
DEWAN PIMPINAN WILAYAH PSW
                                                                                                          Pasal 15      
(1)     Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSW terdiri dari:
a.     Unsur Pimpinan terdiri dari para Ketua berjumlah minimal 3 (tiga) maksimal 7 (tujuh) orang, dan salah satunya menjadi koordinator.
b.    Unsur Pembantu Pimpinan:
Sekretaris, Bendahara dan para Ketua Badan.
c.     Unsur Pelaksana:
Sekretariat dan Badan-Badan Wahidiyah Wilayah.
(2)     Untuk menjamin efisiensi dan efektivitas DPW PSW dibagi menjadi:
a.     Pengurus Harian:
Unsur Pimpinan, Sekretaris dan Bendahara.
b.    Pengurus Pleno:
Unsur Pimpinan dan unsur Pembantu Pimpinan.
c.     Pengurus Lengkap:
Pengurus Pleno dan unsur Pelaksana.
(3)     Badan–Badan Wahidiyah Wilayah diselaraskan dengan Badan-badan Wahidiyah Pusat menurut situasi dan kondisi Wilayah.
(4)     Susunan dan tatalaksana kerja Badan-Badan Wahidiyah Wilayah diatur dengan Surat  Keputusan DPW PSW.
                                                                                                          Pasal 16      
Kewajiban dan Wewenang
(1)   Para Ketua DPW PSW bekerja secara kolektif dan koordinatif dalam pelaksanaan Perjuangan Wahidiyah di wilayah kerjanya.
(2)   Kewajiban DPW PSW adalah:
a.      Melaksanakan keputusan Musyawarah Wilayah Wahidiyah.
b.      Melaksanakan ketentuan DPP PSW.
c.      Memperhatikan nasehat, saran, petunjuk, pertimbangan dan pengarahan Majelis Tahkim Wilayah PSW.
d.      Menyelenggarakan Musyawarah Wilayah Wahidiyah dan menyampaikan laporan pertanggung-jawaban.
e.      Menyampaikan laporan secara periodik kepada DPP PSW.
(3)   Wewenang DPW PSW adalah:
a.       Menentukan kebijaksanaan organisasi di wilayah kerjanya, sesuai ketentuan DPP PSW.
b.      Mengesahkan kepengurusan PSW Kecamatan.
c.       Memberikan rekomendasi untuk pengesahan kepengurusan PSW Cabang.

                                                                                                          Pasal 17      
Pemilihan dan Masa Khidmah
(1)     Ketua Koordinator, Para Ketua, Sekretaris, dan Bendahara DPW PSW dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Wilayah Wahidiyah.
(2)     Para Ketua Badan Wahidiyah Wilayah dipilih oleh Rakerpim dan ditetapkan dengan Surat Keputusan DPW PSW.
(3)     Masa khidmah Dewan Pimpinan Wilayah PSW terhitung dari Musyawarah Wilayah Wahidiyah yang memilihnya sampai dengan Musyawarah Wilayah Wahidiyah berikutnya.

                                                                                                          Pasal 18      
Pemberhentian dan Pengisian Lowongan Antar-waktu
(1)     Personil pengurus DPW PSW berhenti atau diberhentikan karena :
a.      Meninggal dunia.
b.      Atas  permintaan sendiri secara tertulis.
c.      Sebab-sebab lain yang merugikan Perjuangan Wahidiyah.
(2)     Pemberhentian antar waktu karena sebab-sebab lain:
a.      Unsur Pimpinan DPW PSW, ditetapkan atas dasar keputusan Rakergab MTW dan DPW PSW. Sebelum memutuskan, Rakergab memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk membela diri.
b.      Unsur Pembantu Pimpinan DPW PSW, ditetapkan atas dasar keputusan Rakerpim DPW PSW. Sebelum memutuskan, Rakerpim memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk membela diri.
c.      Para Anggota Badan, ditetapkan atas dasar usulan hasil keputusan rapat kerja Badan. Sebelum memutuskan, rapat kerja Badan memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk membela diri.
(3)     Pengisian lowongan antar waktu:

a.      Unsur Pimpinan, diisi atas dasar keputusan Rakergab MTW dan DPW PSW.

b.      Unsur Pembantu Pimpinan, diisi atas dasar keputusan Rakerpim DPW PSW.

c.      Para Anggota Badan, diisi atas usulan hasil keputusan rapat kerja Badan.

(4)     Pemberhentian dan pengisian lowongan:
a.      Ketua DPW PSW, ditetapkan dengan Surat Keputusan DPP PSW.
b.      Unsur Pembantu Pimpinan dan anggota Badan, ditetapkan dengan Surat Keputusan DPW PSW.
                                                                                                             BAB V         
DEWAN PIMPINAN CABANG PSW
                                                                                                          Pasal 19      
(1)     Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PSW terdiri dari:
a.     Unsur Pimpinan para Ketua berjumlah minimal 3 (tiga) maksimal 5 (lima) orang, dan salah satunya menjadi koordinator.
b.    Unsur Pembantu Pimpinan:
Sekretaris, Bendahara dan para Ketua Badan.
c.     Unsur Pelaksana:
Sekretariat dan Badan-Badan Wahidiyah Cabang.
(2)     Untuk menjamin efisiensi dan efektivitas, DPC PSW dibagi menjadi:
a.     Pengurus Harian:
Unsur Pimpinan, Sekretaris dan Bendahara.
b.    Pengurus Pleno:
Unsur Pimpinan dan unsur Pembantu Pimpinan.
c.     Pengurus Lengkap:
Pengurus Pleno dan unsur Pelaksana.
(3)     Badan–Badan Wahidiyah Cabang diselaraskan dengan Badan-badan Wahidiyah Pusat menurut situasi dan kondisi Cabang.
(4)     Susunan dan tatalaksana kerja Badan-Badan Wahidiyah Cabang diatur dengan Surat Keputusan DPC PSW.

                                                                                                          Pasal 20      
Kewajiban dan Wewenang
(1)     Para Ketua DPC PSW bekerja secara kolektif dan koordinatif dalam pelaksanaan Perjuangan Wahidiyah di wilayah kerjanya.
(2)     Kewajiban DPC PSW adalah:
a.      Melaksanakan keputusan Musyawarah Cabang Wahidiyah.
b.      Melaksanakan ketentuan dari DPP dan DPW PSW.
c.      Memperhatikan nasehat, saran, petunjuk, pertimbangan dan pengarahan Majelis Tahkim Cabang PSW.
d.      Menyelenggarakan Musyawarah Cabang Wahidiyah dan menyampaikan laporan pertanggung-jawaban.
e.      Menyampaikan laporan secara periodik kepada DPW PSW.
(3)     Wewenang DPC PSW adalah:
a.      Menentukan kebijaksanaan pelaksanaan organisasi di wilayah kerjanya, sesuai ketentuan DPP PSW.
b.      Mengesahkan kepengurusan PSW Desa/Kelurahan.
c.      Memberikan rekomendasi untuk pengesahan kepengurusan PSW Kecamatan.

                                                                                                          Pasal 21      
Pemilihan dan Masa Khidmah
(1)     Para Ketua, Sekretaris, dan Bendahara DPC PSW dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Cabang Wahidiyah.
(2)     Para Ketua Badan Wahidiyah Cabang dipilih oleh Rakerpim dan ditetapkan dengan Surat Keputusan DPC PSW.
(3)     Masa khidmah Dewan Pimpinan Cabang PSW terhitung dari Musyawarah Cabang Wahidiyah yang memilihnya sampai dengan Musyawarah Cabang Wahidiyah berikutnya.

                                                                                                          Pasal 22      
Pemberhentian dan Pengisian Lowongan Antar waktu
(1)     Personil pengurus DPC PSW berhenti atau diberhentikan karena:
a.      Meninggal dunia.
b.      Atas  permintaan sendiri secara tertulis.
c.      Sebab-sebab lain yang merugikan Perjuangan Wahidiyah.
(2)     Pemberhentian antar-waktu karena sebab-sebab lain:
a.      Unsur Pimpinan DPC PSW, ditetapkan atas dasar keputusan Rakergab MTC dan DPC PSW. Sebelum memutuskan, Rakergab memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk membela diri.
b.      Unsur Pembantu Pimpinan DPC PSW, ditetapkan atas dasar keputusan  Rakerpim DPC PSW. Sebelum memutuskan, Rakerpim memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk membela diri.
c.      para Anggota Badan,  atas dasar usulan hasil keputusan rapat kerja Badan. Sebelum memutuskan, rapat kerja Badan memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk membela diri.
(3)     Pengisian lowongan antar waktu:
a.      Unsur Pimpinan, diisi atas dasar keputusan Rakergab MTC dan DPC PSW.
b.      Unsur Pembantu Pimpinan, diisi atas dasar keputusan Rakerpim DPC PSW.
c.      Para Anggota Badan, diisi atas usulan hasil keputusan rapat kerja Badan.
(4)     Pemberhentian dan pengisian lowongan:
a.      Ketua DPC PSW, ditetapkan dengan Surat Keputusan DPP PSW atas rekomendasi DPW PSW.
b.      Unsur Pembantu Pimpinan dan anggota Badan, ditetapkan dengan Surat Keputusan DPC PSW.

                                                                                                            BAB VI        
PENGURUS PSW KECAMATAN
                                                                                                          Pasal 23      
(1)     Pengurus PSW Kecamatan terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan beberapa Seksi.
(2)     Seksi-seksi PSW Kecamatan diselaraskan dengan Badan-Badan Wahidiyah Pusat menurut situasi dan kondisi Kecamatan.

                                                                                                          Pasal 24      
Kewajiban dan Wewenang
(1)     Kewajiban PSW Kecamatan adalah:
a.      Melaksanakan keputusan Musyawarah Kecamatan Wahidiyah.
b.      Melaksanakan ketentuan dari DPP, DPW dan DPC PSW.
c.      Menyelenggarakan Musyawarah Kecamatan Wahidiyah dan menyampai-kan laporan pertanggung jawaban.
d.      Menyampaikan laporan secara periodik kepada DPC PSW.
(2)     Wewenang PSW Kecamatan adalah:
a.      Menentukan kebijaksanaan pelaksanaan kegiatan PSW di wilayah kerjanya, sesuai ketentuan DPP PSW.        
b.      Memberikan rekomendasi untuk pengesahan kepengurusan PSW Desa/Kelurahan.

                                                                                                          Pasal 25      
Pemilihan dan Masa Khidmah
(1)     Pengurus PSW Kecamatan dipilih dari dan oleh Musyawarah Kecamatan Wahidiyah.
(2)     Masa khidmah Pengurus PSW Kecamatan terhitung dari Musyawarah Kecamatan Wahidiyah yang memilihnya sampai dengan Musyawarah Kecamatan Wahidiyah berikutnya.

                                                                                                          Pasal 26      
Pemberhentian dan Pengisian Lowongan Antar-waktu
(1)     Personil Pengurus PSW Kecamatan berhenti atau diberhentikan karena:
a.      Meninggal dunia.
b.      Atas  permintaan sendiri secara tertulis.
c.      Sebab-sebab lain yang merugikan Perjuangan Wahidiyah.
(2)     Pemberhentian antar-waktu karena sebab-sebab lain diputuskan oleh Rapat Kerja Pengurus PSW Kecamatan. Sebelum memutuskan, Rapat Kerja Pengurus PSW Kecamatan memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk membela diri.
(3)     Pengisian lowongan antar-waktu diisi atas dasar keputusan Rapat Kerja Pengurus PSW Kecamatan.
(4)     Pemberhentian dan pengisian lowongan pengurus PSW Kecamatan ditetapkan dengan Surat Keputusan DPW PSW atas rekomendasi DPC PSW.

                                                                                                          BAB VII      
PENGURUS PSW DESA/KELURAHAN
                                                                                                          Pasal 27      
Pengurus PSW Desa/Kelurahan terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Imam-imam Jama’ah Usbu’iyah.

                                                                                                          Pasal 28      
Kewajiban dan Wewenang
(1)     Kewajiban Pengurus PSW Desa/Kelurahan adalah:
a.      Melaksanakan keputusan Musyawarah Desa/Musyawarah Kelurahan Wahidiyah.
b.      Melaksanakan ketentuan dari DPP, DPW dan DPC PSW, serta Pengurus PSW Kecamatan.
c.      Menyelenggarakan Musyawarah Desa/Musyawarah Kelurahan Wahidiyah dan menyampaikan laporan pertanggung jawaban.
d.      Menyampaikan laporan secara periodik kepada PSW Kecamatan.
(2)     Wewenang Pengurus PSW Desa/Kelurahan adalah menentukan kebijaksanaan pelaksanaan kegiatan PSW di wilayah kerjanya. 

                                                                                                          Pasal 29      
Pemilihan dan Masa Khidmah
(1)    Pengurus PSW Desa/Kelurahan dipilih dari dan oleh Musyawarah Desa/Musyawarah Kelurahan  Wahidiyah.
(2)    Masa khidmah Pengurus PSW Desa/Kelurahan terhitung dari Musyawarah Desa/Musyawarah Kelurahan Wahidiyah yang memilihnya sampai dengan Musyawarah  Desa/Musyawarah Kelurahan Wahidiyah berikutnya.

                                                                                                          Pasal 30      
Pemberhentian dan pengisian lowongan antar waktu
(1)     Personil pengurus PSW Desa/Kelurahan berhenti atau diberhentikan karena:
a.      Meninggal dunia.
b.      Atas  permintaan sendiri secara tertulis.
c.      Sebab-sebab lain yang merugikan Perjuangan Wahidiyah.
(2)     Pemberhentian antar-waktu karena sebab-sebab lain diputuskan oleh Rapat Kerja Pengurus PSW Desa/Kelurahan. Sebelum memutuskan, Rapat Kerja Pengurus PSW Desa/Kelurahan memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk membela diri.
(3)     Pengisian lowongan antar-waktu diisi atas dasar keputusan Rapat Kerja Pengurus PSW Desa/Kelurahan.
(4)     Pemberhentian dan pengisian pengurus PSW Desa/Kelurahan ditetapkan dengan surat keputusan DPC PSW atas rekomendasi PSW Kecamatan.

                                                                                                         BAB VIII     
PELANTIKAN
                                                                                                          Pasal 31      
(1)     Personil PSW Pusat terpilih dilantik oleh Pimpinan Musyawarah Kubro atau Musyawarah Kubro Luar Biasa Wahidiyah.
(2)     Personil PSW Wilayah terpilih dalam Musyawarah Wilayah dilantik oleh DPP PSW.
(3)     Personil PSW Cabang terpilih dalam Musyawarah Cabang dilantik oleh DPW PSW atas nama DPP PSW.
(4)     Pengurus PSW Kecamatan terpilih dalam Musyawarah Kecamatan dilantik oleh DPC PSW atas nama DPW PSW.
(5)     Pengurus PSW Desa/Kelurahan terpilih dalam Msyawarah Desa/Musyawarah Kelurahan dilantik oleh PSW Kecamatan atas nama DPC PSW.

                                                                                                            BAB IX        
MUSYAWARAH DAN RAPAT
                                                                                                          Pasal 32      
Musyawarah Kubro Wahidiyah
(1)     Musyawarah Kubro (Muskub) Wahidiyah merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam organisasi PSW, diadakan 5 (lima) tahun sekali.
(2)     Musyawarah Kubro Wahidiyah berwenang:
a.     Menetapkan dan atau mengubah AD-ART PSW.
b.    Menetapkan Program Umum PSW.
c.     Mengevaluasi laporan pertanggung jawaban PSW Pusat.
d.    Memilih dan menetapkan Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan para Anggota Majelis Tahkim Pusat PSW.
e.     Memilih dan menetapkan Ketua Umum, para Ketua, Sekretaris Umum,  dan Bendahara Umum DPP PSW.
f.      Membuat dan menetapkan keputusan-keputusan lain.
(3)     Musyawarah Kubro Wahidiyah dihadiri oleh:
a.     Peserta.
b.    Peninjau.
c.     Undangan.
(4)     Peserta terdiri dari:
a.     MTP PSW.
b.    Pengurus Pleno DPP PSW.
c.     Perwakilan DPP PSW.
d.    MTW dan para pengurus harian DPW PSW.
e.     MTC dan para pengurus harian DPC PSW.
(5)     Peninjau adalah Pengamal Wahidiyah yang diusulkan oleh DPW, DPC, dan yang ditunjuk oleh DPP PSW.
(6)     Undangan adalah tokoh masyarakat yang diundang oleh DPP PSW.
(7)     Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan diatur dalam peraturan tersendiri oleh DPP PSW.
(8)     Pimpinan Musyawarah Kubro Wahidiyah dipilih dari Peserta, oleh Peserta dan Peninjau.
(9)     Sebelum pimpinan Musyawarah Kubro Wahidiyah terpilih, DPP PSW bertindak sebagai Pimpinan Sementara.

                                                                                                          Pasal 33      
Musyawarah Kubro Luar Biasa Wahidiyah
(1)     Musyawarah Kubro Luar Biasa (Muskublub) Wahidiyah diadakan atas permintaan dan atau persetujuan sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah PSW Wilayah dan Cabang, apabila:
a.     Organisasi dalam keadaan terancam, atau
b.    DPP PSW melanggar AD ART PSW, atau
c.     DPP PSW tidak dapat melaksanakan keputusan Muskub.
(2)     Musyawarah Kubro Luar Biasa Wahidiyah diselenggarakan sama seperti pada ayat (2) sampai dengan ayat (9) Pasal 32 Anggaran Rumah Tangga ini.
(3)     DPP PSW wajib memberikan laporan pertanggung jawaban kepada Musyawarah Kubro Luar Biasa Wahidiyah tersebut.

                                                                                                          Pasal 34      
Musyawarah Wilayah Wahidiyah
(1)     Musyawarah Wilayah (Muswil) Wahidiyah diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali.
(2)     Musyawarah Wilayah Wahidiyah berwenang:
a.     Menyusun dan menetapkan Program Kerja tingkat Wilayah atas dasar Program Umum PSW.
b.    Mengevaluasi laporan pertanggung jawaban PSW Wilayah.
c.     Memilih dan menetapkan Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Tahkim Wilayah PSW.
d.    Memilih dan menetapkan para Ketua, Sekretaris, dan Bendahara DPW PSW.
e.     Membuat keputusan-keputusan lain.
(3)     Musyawarah Wilayah Wahidiyah dihadiri oleh:
a.     Peserta.
b.    Peninjau.
c.     Undangan.
(4)     Peserta terdiri dari:
a.     MTW PSW.
b.    Pengurus Pleno DPW PSW.
c.     MTC dan pengurus harian DPC PSW.
(5)     Peninjau terdiri dari:
a.     Unsur MTP dan unsur DPP PSW
b.    Pengamal Wahidiyah yang diusulkan oleh DPC, dan Pengamal Wahidiyah yang ditunjuk oleh DPW PSW.
(6)     Undangan adalah tokoh masyarakat yang diundang oleh DPW PSW.
(7)     Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan diatur dalam peraturan tersendiri oleh DPW PSW.
(8)     Pimpinan Musyawarah Wilayah Wahidiyah dipilih dari Peserta, oleh Peserta dan Peninjau.

(9)     Sebelum Pimpinan Musyawarah Wilayah Wahidiyah terpilih, DPW PSW bertindak sebagai  Pimpinan Sementara.

                                                                                                          Pasal 35      
Musyawarah  Cabang Wahidiyah
(1)     Musyawarah Cabang (Muscab) Wahidiyah diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali.
(2)     Musyawarah Cabang Wahidiyah berwenang:
a.      Menyusun dan menetapkan Program Kerja tingkat Cabang atas dasar Program Umum PSW.
b.      Mengevaluasi laporan pertanggungjawaban PSW Cabang.
c.      Memilih dan menetapkan Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Tahkim Cabang PSW.
d.      Memilih dan menetapkan para Ketua, Sekretaris, dan Bendahara DPC PSW.
e.      Membuat keputusan-keputusan lain.
(3)     Musyawarah Cabang Wahidiyah dihadiri oleh:
a.     Peserta.
b.    Peninjau.
c.     Undangan.
(4)     Peserta terdiri dari:
a.     MTC PSW
b.    Pengurus Pleno DPC PSW
c.     Pengurus PSW Kecamatan.
(5)     Peninjau terdiri dari:
a.     Unsur  MTW PSW dan Unsur DPW PSW.
b.     Pengamal Wahidiyah yang diusulkan oleh PSW Kecamatan, dan Pengamal Wahidiyah yang ditunjuk oleh DPC PSW.
(6)     Undangan adalah tokoh masyarakat yang diundang oleh DPC PSW.
(7)     Jumlah Peserta, peninjau dan undangan diatur dalam peraturan tersendiri oleh DPC PSW.
(8)     Pimpinan Musyawarah Cabang Wahidiyah dipilih dari Peserta, oleh Peserta dan Peninjau.
(9)     Sebelum Pimpinan Musyawarah Cabang Wahidiyah terpilih, DPC PSW bertindak sebagai Pimpinan Sementara.

                                                                                                          Pasal 36      
Musyawarah Kecamatan Wahidiyah
(1)     Musyawarah Kecamatan (Muscam) Wahidiyah diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali.
(2)     Musyawarah Kecamatan Wahidiyah berwenang:
a.     Menyusun dan menetapkan Program Kerja tingkat Kecamatan atas dasar Program Umum PSW.
b.    Mengevaluasi laporan pertanggung jawaban Pengurus PSW Kecamatan.
c.     Memilih dan menetapkan Pengurus PSW Kecamatan.
d.    Membuat keputusan-keputusan lain.

(3)     Musyawarah Wahidiyah Kecamatan dihadiri oleh:
a.     Peserta
b.    Peninjau.
c.     Undangan.
(4)     Peserta terdiri dari:
a.     Semua Pengurus PSW Kecamatan
b.    Pengurus PSW Desa/Kelurahan.
(5)     Peninjau terdiri dari:
a.     Unsur MTC PSW dan Unsur DPC PSW.
b.    Pengamal Wahidiyah yang diusulkan oleh PSW Desa, dan Pengamal Wahidiyah yang ditunjuk oleh PSW Kecamatan.
(6)     Undangan adalah tokoh masyarakat yang diundang oleh Pengurus PSW Kecamatan.
(7)     Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan diatur dalam peraturan tersendiri oleh Pengurus PSW  Kecamatan.
(8)     Pimpinan Musyawarah Wahidiyah Kecamatan dipilih dari Peserta, oleh Peserta dan Peninjau.
(9)     Sebelum pimpinan Musyawarah Wahidiyah Kecamatan terpilih, Pengurus PSW Kecamatan bertindak sebagai Pimpinan Sementara.

                                                                                                          Pasal 37      
Musyawarah Desa Wahidiyah/Musyawarah Kelurahan Wahidiyah
(1)     Musyawarah Desa (Musdes) Wahidiyah/Musyawarah Kelurahan (Muskel) Wahidiyah diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali.
(2)     Musyawarah Desa Wahidiyah atau Musyawarah Kelurahan Wahidiyah berwenang:
a.     Menyusun  dan menetapkan Program Kerja tingkat Desa/Kelurahan atas dasar Program Umum PSW.
b.    Mengevaluasi pertanggung jawaban Pengurus PSW Desa/Kelurahan.
c.     Memilih dan menetapkan Pengurus PSW Desa/Kelurahan.
d.    Membuat keputusan-keputusan lain.
(3)     Musyawarah Desa Wahidiyah/Musyawarah Kelurahan Wahidiyah dihadiri oleh:
a.    Peserta.
b.   Peninjau.
c.    Undangan.
(4)     Peserta terdiri dari:
a.     Semua Pengurus PSW Desa/Kelurahan
b.    Para Imam Jama’ah dan Pengamal se Desa/Kelurahan.
(5)     Peninjau adalah Pengurus PSW Kecamatan.
(6)     Undangan adalah tokoh masyarakat yang diundang oleh Pengurus PSW Desa/Kelurahan.
(7)     Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan diatur dalam peraturan tersendiri oleh Pengurus PSW Desa/Kelurahan.
(8)     Pimpinan Musyawarah Desa Wahidiyah/Musyawarah Kelurahan Wahidiyah dipilih dari Peserta, oleh Peserta dan Peninjau.
(9)     Sebelum Pimpinan Musyawarah Desa Wahidiyah/Musyawarah Kelurahan Wahidiyah terpilih, Pengurus PSW Desa/Kelurahan bertindak sebagai Pimpinan Sementara.
                                                                                                          Pasal 38      
RAPAT KERJA PSW PUSAT
(1)     Rapat Kerja PSW Pusat terdiri dari:
a.     Rapat Kerja Nasional (Rakernas).
b.    Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas)
c.     Rapat Kerja Gabungan (Rakergab) DPP dan MTP
d.    Rapat Kerja Majelis Tahkim Pusat (Raker MTP)
e.     Rapat Kerja Koordinasi (Rakor)
f.      Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim)
g.    Rapat Kerja Harian (Raker Harian)
h.    Rapat Kerja Pleno (Raker Pleno)
i.      Rapat Kerja Lengkap (Raker Lengkap)
j.      Rapat Kerja Badan (Raker Badan)
k.     Rapat Konsultasi.
(2)  a.      Rapat Kerja Nasional diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam setahun dan berwenang mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan Program Umum PSW dan menetapkan Program Kerja Tahunan.
b.    Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh sama dengan Peserta Musyawarah Kubro Wahidiyah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (4) dan jika perlu ditambah Ayat (5) dan Ayat (6).
(3)  a.      Rapat Pimpinan Nasional diadakan sewaktu-waktu untuk koordinasi pelaksanaan Program Kerja.
b.    Rapat Pimpinan Nasional dihadiri oleh unsur Pimpinan DPP PSW, DPW PSW, DPC PSW, dan dapat mengundang pihak lain.
(4)     Rapat Kerja Gabungan DPP & MTP PSW diadakan atas undangan DPP PSW, dan dihadiri para Anggota MTP PSW dan para Ketua DPP PSW, serta dapat mengundang pihak lain.
(5)     Rapat Kerja MTP PSW diadakan sewaktu-waktu diperlukankan, dihadiri oleh para Anggota MTP dan dapat mengundang pihak lain.
(6)     Rapat Kerja Koordinasi diadakan sewaktu-waktu, dihadiri oleh Ketua Bidang terkait dan atau Ketua Badan, dan dapat mengundang pihak lain.
(7)     Rapat Kerja Pimpinan diadakan sewaktu-waktu, dihadiri oleh unsur Pimpinan dan dapat mengundang pihak lain.
(8)     Rapat Kerja Harian diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam tiga bulan, dihadiri oleh seluruh Pengurus Harian dan dapat mengundang pihak lain.
(9)     Rapat Kerja Pleno diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam enam bulan, dihadiri oleh seluruh Pengurus Pleno, dan dapat mengundang pihak lain.
(10)  Rapat Kerja Lengkap diadakan sewaktu-waktu sesuai keperluan untuk pemberian pengarahan tugas-tugas teknis, dihadiri oleh seluruh personel DPP PSW, dan dapat mengundang pihak lain.
(11)  Rapat Kerja Badan diadakan sewaktu-waktu sesuai keperluan, dihadiri oleh seluruh Pengurus Badan, dan dapat mengundang pihak lain.
(12)  Rapat Konsultasi diadakan sewaktu-waktu diperlukan diluar rapat-rapat kerja yang sudah ditetapkan, dan bersifat konsultatif.
                                                                                                          Pasal 39      
RAPAT KERJA PSW WILAYAH
(1)     Rapat Kerja PSW Wilayah terdiri dari:
a.    Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil)
b.   Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil)
c.    Rapat Kerja Gabungan (Rakergab) DPW dan MTW
d.   Rapat Kerja Majelis Tahkim Wilayah (Raker MTW)
e.    Rapat Kerja Koordinasi (Rakor)
f.     Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim)
g.   Rapat Kerja Harian (Raker Harian)
h.   Rapat Kerja Pleno (Raker Pleno)
i.     Rapat Kerja Lengkap (Raker Lengkap)
j.     Rapat Kerja Badan (Raker Badan)
k.    Rapat Konsultasi.
(2)   a.    Rapat Kerja Wilayah diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam setahun dan berwenang mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja tingkat Wilayah serta menetapkan pelaksanaan Program Kerja.
b.    Rapat Kerja Wilayah dihadiri oleh sama dengan Peserta Musyawarah Wilayah Wahidiyah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 Ayat (4) dan jika perlu ditambah Ayat (5).
(3)   a.    Rapat Pimpinan Wilayah diadakan sewaktu-waktu untuk koordinasi pelaksanaan Program Kerja.
b.    Rapat Pimpinan Wilayah dihadiri oleh unsur Pimpinan DPW PSW, DPC PSW dan dapat mengundang pihak lain.
(4)     Rapat Kerja Gabungan DPW & MTW PSW atas undangan DPW PSW dan dihadiri para Anggota MTW PSW dan para Ketua DPW PSW, serta dapat mengundang pihak lain.
(5)     Rapat Kerja MTW PSW diadakan sewaktu-waktu dibutuhkan, dihadiri oleh para Anggota MTW dan dapat mengundang pihak lain.
(6)     Rapat Kerja Koordinasi diadakan sewaktu-waktu, dihadiri oleh Ketua Bidang terkait dan atau Ketua Badan, dan dapat mengundang pihak lain.
(7)     Rapat Kerja Pimpinan diadakan sewaktu-waktu, dihadiri oleh unsur Pimpinan dan dapat mengundang pihak lain.
(8)     Rapat Kerja Harian diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam sebulan, dihadiri oleh seluruh Pengurus Harian dan dapat mengundang pihak lain.
(9)     Rapat Kerja Pleno diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam tiga bulan, dihadiri oleh seluruh Pengurus Pleno, dan dapat mengundang pihak lain.
(10)  Rapat Kerja Lengkap diadakan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan untuk pemberian pengarahan tugas-tugas teknis, dihadiri oleh seluruh personel DPW PSW, dan dapat mengundang pihak lain
(11)  Rapat Kerja Badan diadakan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan, dihadiri oleh seluruh Pengurus Badan, dan dapat mengundang pihak lain.
(12)  Rapat Konsultasi diadakan sewaktu-waktu diperlukan diluar rapat-rapat kerja yang sudah ditetapkan, dan bersifat konsultatif.

                                                                                                          Pasal 40      
RAPAT KERJA PSW CABANG
(1)     Rapat Kerja PSW Cabang terdiri dari:
a.     Rapat Kerja Cabang (Rakercab)
b.    Rapat Pimpinan Cabang (Rapimcab)
c.     Rapat Kerja Gabungan (Rakergab) DPC dan MTC
d.    Rapat Kerja Majelis Tahkim Cabang (Raker MTC)
e.     Rapat Kerja Koordinasi
f.      Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim)
g.    Rapat Kerja Harian (Raker Harian)
h.    Rapat Kerja Pleno (Raker Pleno)
i.      Rapat Kerja Lengkap (Raker Lengkap)
j.      Rapat Kerja Badan (Raker Badan)
k.     Rapat Konsultasi.
(2)   a.    Rapat Kerja Cabang diadakan sedikitnya 1 (satu) tahun sekali dan berwenang mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja tingkat Cabang serta menetapkan pelaksanaan Program Kerja.
b.    Rapat Kerja Cabang dihadiri oleh sama dengan Peserta Musyawarah Cabang Wahidiyah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (4) dan jika perlu ditambah Ayat (5).
(3)   a.    Rapat Pimpinan Cabang diadakan sewaktu-waktu untuk koordinasi pelaksanaan Program Kerja.
b.    Rapat Pimpinan Cabang dihadiri oleh unsur Pimpinan DPC PSW, Pengurus PSW Kecamatan dan dapat mengundang pihak lain.
(4)     Rapat Kerja Gabungan DPC & MTC PSW atas undangan DPC PSW, dan dihadiri para Anggota MTC PSW dan para Ketua DPC PSW, serta dapat mengundang pihak lain.
(5)     Rapat Kerja MTC PSW diadakan sewaktu-waktu dibutuhkan, dihadiri oleh para Anggota MTC dan dapat mengundang pihak lain.
(6)     Rapat Kerja Koordinasi diadakan sewaktu-waktu, dihadiri oleh Ketua Bidang terkait dan atau Ketua Badan, dan dapat mengundang pihak lain.
(7)     Rapat Kerja Pimpinan diadakan sewaktu-waktu, dihadiri oleh unsur Pimpinan dan dapat mengundang pihak lain.
(8)     Rapat Kerja Harian diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam sebulan, dihadiri oleh seluruh Pengurus Harian dan dapat mengundang pihak lain.
(9)     Rapat Kerja Pleno diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam tiga bulan, dihadiri oleh seluruh Pengurus Pleno, dan dapat mengundang pihak lain.
(10)  Rapat Kerja Lengkap diadakan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan untuk pemberian pengarahan tugas-tugas teknis, dihadiri oleh seluruh personel DPC PSW, dan dapat mengundang pihak lain
(11)  Rapat Kerja Badan diadakan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan, dihadiri oleh seluruh Pengurus Badan, dan dapat mengundang pihak lain.
(12)  Rapat Konsultasi diadakan sewaktu-waktu diperlukan diluar rapat-rapat kerja yang sudah ditetapkan, dan bersifat konsultatif.

                                                                                                          Pasal 41      
RAPAT KERJA PSW KECAMATAN
(1)     Rapat Kerja PSW Kecamatan terdiri dari:
a.    Rapat Kerja Kecamatan (Rakercam).
b.   Rapat Kerja Pengurus
(2)   a.   Rapat Kerja Kecamatan diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam setahun, dan berwenang mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja tingkat Kecamatan serta menetapkan pelaksanaan Program Kerja.
b.   Rapat Kerja Kecamatan dihadiri oleh sama dengan Peserta Musyawarah Kecamatan Wahidiyah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4) dan jika perlu ditambah Ayat (5).
(3)     Rapat Kerja Pengurus diadakan sewaktu-waktu, dihadiri oleh Pengurus PSW Kecamatan dan dapat mengundang pihak lain.

                                                                                                          Pasal 42      
RAPAT KERJA PSW DESA/KELURAHAN
(1)     Rapat Kerja PSW Desa/Kelurahan terdiri dari:
a.     Rapat Kerja Desa (Rakerdes)/Rapat Kerja Kelurahan (Rakerlur).
b.    Rapat Kerja Pengurus
(2)   a.    Rapat Kerja Desa/Kelurahan diadakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam tiga bulan, mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja tingkat Desa/Kelurahan serta menetapkan pelaksanaan Program Kerja.
b.    Rapat Kerja Desa/Kelurahan dihadiri oleh sama dengan Peserta Musyawarah Wahidiyah Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (4) dan jika perlu ditambah Ayat (5).
(3)     Rapat Kerja Pengurus diadakan sewaktu-waktu, dihadiri oleh Pengurus PSW Desa/Kelurahan dan dapat mengundang pihak lain.

                                                                                                             BAB X         
HAK BICARA, HAK MEMILIH DAN HAK DIPILIH
                                                                                                          Pasal 43      
(1)     Peserta memiliki hak bicara, hak memilih, dan hak dipilih.
(2)     Peninjau hanya memiliki hak bicara, dan hak memilih Pimpinan Musyawarah.
(3)     Undangan memiliki hak bicara atas persetujuan Pimpinan Musyawarah.


                                                                                                            BAB XI        
KORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
                                                                                                          Pasal 44      
(1)     Musyawarah Wahidiyah dinyatakan sah, apabila dihadiri separo lebih satu dari jumlah peserta.

(2)     Tata cara pengambilan keputusan dalam Musyawarah Wahidiyah diatur dalam tata tertib, yang diajukan oleh PSW penyelenggara dan disetujui oleh Musyawarah Wahidiyah bersangkutan.
(3)   a.   Rapat-Rapat Kerja PSW dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh sedikitnya separo lebih satu jumlah peserta fungsionaris terundang.
b.     Dalam hal ketentuan huruf (a) di atas tidak tercapai, dan keadaan sangat mendesak, maka Rapat Kerja dapat dilangsungkan dengan sah atas persetujuan dan tanggungjawab peserta yang hadir, yang dinyatakan dalam berita acara dan dilampirkan pada buku notulen rapat, dan ditanda tangani oleh semua peserta yang hadir.
c.     Dalam hal ketentuan huruf (a) dan huruf (b) di atas tidak tercapai, maka Pimpinan mengambil kebijaksanaan lain, sepanjang tidak bertentangan dengan AD-ART PSW.
(4)     Pengambilan keputusan diusahakan sejauh mungkin dengan jalan musyawarah untuk mufakat. Apabila hal ini tidak tercapai, maka keputusan diambil suara terbanyak.
(5)     Segala keputusan musyawarah dan rapat-rapat kerja mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, dan tidak boleh bertentangan dengan AD & ART PSW serta ketentuan PSW yang berlaku.
(6)     Terhadap hal-hal yang sangat penting, disamping keputusan Musyawarah atau Rapat Kerja, perlu dilakukan istikhoroh.
a.     Apabila hasil istikhoroh dan keputusan Musyawarah/Rapat Kerja tidak ada kesesuaian, maka diadakan istikhoroh ulang.
b.    Apabila hasil istikhoroh ulang juga tidak diperoleh kesesuaian, maka yang diikuti adalah hasil istikhoroh ulang tersebut.


                                                                                                          BAB XII      
M U J A H A D A H
                                                                                                          Pasal 45      
Segala bentuk mujahadah, tata cara dan peraturan pelaksanaannya diatur oleh DPP PSW, sesuai bimbingan Muallif Sholawat Wahidiyah Rodliyallohu ‘anhu.

                                                                                                          Pasal 46      
Macam-macam Mujahadah yang telah dibimbingkan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah Rodliyallohu ‘anhu, adalah sebagai berikut:


a.    Mujahadah 40 (empat puluh) hari
Dilaksanakan oleh Pengamal pemula, dan dapat dilaksanakan ulang oleh para Pengamal Wahidiyah.
b.    Mujahadah Yaumiyah (harian)
Mujahadah yang dilaksanakan setiap hari oleh setiap orang Pengamal, baik secara perorangan atau berjamaah, dianjurkan dengan bilangan 7-17, minimal satu kali.

c.     Mujahadah Keluarga
Mujahadah yang diikuti seluruh anggota keluarga dari Pengamal Wahidiyah secara berjama’ah
d.    Mujahadah Usbu’iyah (mingguan)
Mujahadah yang dilaksanakan secara berjamaah seminggu sekali, oleh pengamal se desa/kelurahan/kelompok/lingkungan.
Penyelenggara dan penanggungjawabnya adalah pengurus PSW Desa/Kelurahan.
e.    Mujahadah Syahriyah (bulanan) atau Mujahadah Lapanan
Mujahadah yang dilaksanakan secara berjamaah sebulan sekali atau setiap selapan (35 hari) sekali, oleh pengamal se-Kecamatan.
Penyelenggara dan penanggungjawabnya adalah pengurus PSW Kecamatan.
f.     Mujahadah Rubu’usanah (triwulan)
Mujahadah yang dilaksanakan secara berjamaah setiap tiga bulan sekali, oleh pengamal se-Kabupaten/Kota.
Penyelenggara dan penanggungjawabnya adalah DPC PSW.
g.    Mujahadah Nisfusanah (setengah tahunan)
Mujahadah yang dilaksanakan secara berjamaah setiap 6 (enam) bulan sekali atau dua kali dalam setahun, oleh Pengamal se-Propinsi/Daerah Khusus/Daerah Istimewa.
Penyelenggara dan penanggungjawabnya adalah DPW PSW.
h.    Mujahadah Kubro
Mujahadah yang dilaksanakan secara berjamaah berskala Nasional/Internasional pada setiap bulan Muharrom dan bulan Rojab, dimulai hari Kamis malam Jum’at, antara tanggal 9 dan 17. Penyelenggara dan penanggungjawabnya adalah DPP PSW.
i.      Dan lain-lain bentuk Mujahadah, seperti:
Mujahadah Peningkatan,
Mujahadah Kecerdasan,
Mujahadah Keamanan,
Mujahadah Penyiaran,
Mujahadah Waqtiyyah (insidentil) berhubung ada kejadian-kejadian penting, bersifat lokal, regional, nasional dan internasional.





                                                                                                         BAB XIII     
LAIN-LAIN DAN PENUTUP
                                                                                                          Pasal 47      
Perubahan Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Kubro Wahidiyah atau Musyawarah Kubro Luar Biasa Wahidiyah dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) peserta yang hadir.

                                                                                                          Pasal 48      
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) PSW ini, diatur dengan peraturan DPP PSW.


                                                                                                          Pasal 49      
Anggaran Rumah Tangga (ART) PSW ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.



Ditetapkan di : Jombang

Pada tanggal : 19 maret 2011


PIMPINAN MUSYAWARAH KUBRO WAHIDIYAH VI-2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar